Banyaknya Petugas KPPS Berguguran Bukan Hanya karena Kelelahan
A
A
A
JAKARTA - Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2019 secara serentak meninggalkan sejumlah kisah yang pilu. Terdapat begitu banyak petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) yang tutup usia seusai menjalankan tugasnya dalam pemungutan suara pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.
Banyak faktor pemicu meninggalnya petugas KPPS, salah satunya kelelahan. Namun, bukan hanya itu saja, faktor lainnya yang menyebabkan banyaknya korban berjatuhan adalah waktu kerja yang melebihi jam biologis manusia atau lebih dari delapan jam.
Tanpa disadari beban kerja yang berlebihan dengan masa kerja hingga lebih dari delapan jam, bahkan 24 jam sehari untuk memenuhi target pengumupulan hasil suara, mempengaruhi kondisi kesehatan para petugas. Selain itu, mereka yang memiliki riwayat penyakit otomatis berisiko kambuh.
"Ketika bekerja di luar jam biologis, di luar delapan jam akhirnya meningkatkan risiko kambuh petugas yang memiliki riwayat penyakit," papar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Ari Fahrial Syam saat dihubungi SINDOnews, Jumat (5/3).
"Kecapaian, kelelahan, daya tahan tubuh yang turun bisa infeksi paru. Hipertensi, darah naik tanpa disadari bisa saja kena serangan jantung. Kelelahan menjadi faktor pencetus," tambahnya.
Ari Fahrial menjelaskan, ada hormon-hormon yang dilepaskan tubuh saat malam dan jika kondisi sedang bekerja, menyebabkan pengeluaran hormon ini menjadi tidak optimal. Ketika malam dijadikan waktu bekerja dan pagi juga tetap bekerja dan hanya beristirahat di waktu-waktu tertentu, maka tubuh akan mudah terpapar dengan berbagai kondisi penyakit.
"Tubuh akan stres dengan kondisi yang tidak teratur tersebut. Apalagi jika gaya hidup seseorang dengan waktu kerja yang tidak teratur, tidak hidup sehat. Misalnya merokok dan minum alkohol, mengosumsi makan yang berlebih-lebihan dengan jumlah kalori yang tinggi yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Banyak mengosumsi daging merah dan lemak berlebihan tanpa diimbangi konsumsi sayur dan buah-buah yang cukup," jelasnya.
Stres karena waktu istirahat yang tidak cukup dan tidak teratur dengan waktu tidur yang tidak cukup pada malam hari berisiko untuk berbagai penyakit. Apalagi jika pekerjaan yang dilakukan dengan tingkat stres yang tinggi. Berbagai penyakit yang dicetuskan karena stres di antaranya mulai dari yang akut hingga kronis.
Beberapa penyakit akut dan berakhir fatal antara lain serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak. Sementara, penyakit kronis lain yang terjadi karena faktor stres adalah kambuhnya penyakit kronis antara lain penyakit asam lambung seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau sakit lambung, sindrom usus sensitif, penyakit asma yang bolak balik kambuh, penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang kambuh karena stres atau sindrom kelelahan.
"Kita berusaha berada dalam kondisi kerja delapan jam untuk kerja berat, delapan kerja untuk bekerja ringan dan delapan jam untuk istirahat. Waktu tidur harus diusahakan optimal, enam jam tidur di malam hari sudah cukup untuk membuat kita segar di pagi hari. Diseling waktu bekerja, tidur terlelap sesaat kadang kala dibutuhkan untuk membuat kita merasa segar kembali. Suplemen termasuk kopi dapat digunakan untuk kesegaran tetapi tetap juga harus digunakan dengan bijaksana misalnya sebanyak-banyak hanya tiga cangkir sehari semalam," terang Ari Fahrial.
Banyak faktor pemicu meninggalnya petugas KPPS, salah satunya kelelahan. Namun, bukan hanya itu saja, faktor lainnya yang menyebabkan banyaknya korban berjatuhan adalah waktu kerja yang melebihi jam biologis manusia atau lebih dari delapan jam.
Tanpa disadari beban kerja yang berlebihan dengan masa kerja hingga lebih dari delapan jam, bahkan 24 jam sehari untuk memenuhi target pengumupulan hasil suara, mempengaruhi kondisi kesehatan para petugas. Selain itu, mereka yang memiliki riwayat penyakit otomatis berisiko kambuh.
"Ketika bekerja di luar jam biologis, di luar delapan jam akhirnya meningkatkan risiko kambuh petugas yang memiliki riwayat penyakit," papar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Ari Fahrial Syam saat dihubungi SINDOnews, Jumat (5/3).
"Kecapaian, kelelahan, daya tahan tubuh yang turun bisa infeksi paru. Hipertensi, darah naik tanpa disadari bisa saja kena serangan jantung. Kelelahan menjadi faktor pencetus," tambahnya.
Ari Fahrial menjelaskan, ada hormon-hormon yang dilepaskan tubuh saat malam dan jika kondisi sedang bekerja, menyebabkan pengeluaran hormon ini menjadi tidak optimal. Ketika malam dijadikan waktu bekerja dan pagi juga tetap bekerja dan hanya beristirahat di waktu-waktu tertentu, maka tubuh akan mudah terpapar dengan berbagai kondisi penyakit.
"Tubuh akan stres dengan kondisi yang tidak teratur tersebut. Apalagi jika gaya hidup seseorang dengan waktu kerja yang tidak teratur, tidak hidup sehat. Misalnya merokok dan minum alkohol, mengosumsi makan yang berlebih-lebihan dengan jumlah kalori yang tinggi yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Banyak mengosumsi daging merah dan lemak berlebihan tanpa diimbangi konsumsi sayur dan buah-buah yang cukup," jelasnya.
Stres karena waktu istirahat yang tidak cukup dan tidak teratur dengan waktu tidur yang tidak cukup pada malam hari berisiko untuk berbagai penyakit. Apalagi jika pekerjaan yang dilakukan dengan tingkat stres yang tinggi. Berbagai penyakit yang dicetuskan karena stres di antaranya mulai dari yang akut hingga kronis.
Beberapa penyakit akut dan berakhir fatal antara lain serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak. Sementara, penyakit kronis lain yang terjadi karena faktor stres adalah kambuhnya penyakit kronis antara lain penyakit asam lambung seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau sakit lambung, sindrom usus sensitif, penyakit asma yang bolak balik kambuh, penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang kambuh karena stres atau sindrom kelelahan.
"Kita berusaha berada dalam kondisi kerja delapan jam untuk kerja berat, delapan kerja untuk bekerja ringan dan delapan jam untuk istirahat. Waktu tidur harus diusahakan optimal, enam jam tidur di malam hari sudah cukup untuk membuat kita segar di pagi hari. Diseling waktu bekerja, tidur terlelap sesaat kadang kala dibutuhkan untuk membuat kita merasa segar kembali. Suplemen termasuk kopi dapat digunakan untuk kesegaran tetapi tetap juga harus digunakan dengan bijaksana misalnya sebanyak-banyak hanya tiga cangkir sehari semalam," terang Ari Fahrial.
(nug)